Kamis, 05 November 2009

GURU DAN POTRETNYA

DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI GURU

Terpujilah wahai engkau Ibu-Bapak Guru, Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku, S’bagai prasasti t’rima kasihku ‘tuk pengabdianmuEngkau bagai pelita dalam kegelapan, Engkau patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa…. Syair lagu Hymne Guru ini adalah gambaran betapa mulianya profesi guru. Tapi masih ingatkah Anda siapa penciptanya? Mudah-mudahan masih ingat, karena penciptanya adalah seorang guru yang nasibnya barangkali jauh lebih jelek dari Anda (bila Anda seorang guru) saat ini. Sekedar berbagi informasi saja, pencipta lagu tersebut bernama Sartono, seorang guru kesenian yang berasal dari Madiun yang tinggal di sebuah rumah kecil berdinding tripleks. Hymne Guru adalah lagu yang selalu dikumandangkan pada setiap peringatan Hari Guru atau Hari PGRI yang jatuh pada setiap tanggal 25 Nopember. Sartono memenangi Lomba Cipta Lagu Guru pada tahun 1980 dengan lagu tersebut setelah berhasil menyisihkan sekitar 300 peserta lainnya. Disisi lain Iwan fals mencoba menampilkan realitas keadaan guru lewat lagu Oemar Bakri. Oemar bakri yang di gambarkan dalam lagunya merupakan sosok guru yang patut di teladani. Pergi dan pulang mengajar di sekolah yang sama sekali tidak dekat itu hanya mengayuh sepeda kumbang. Kalau kita melihat gaji yang diperoleh dengan pengorbanan yang diberikan sangat tidak sebanding ( jaman itu ). Berbicara mengenai guru, guru merupakan sebuah profesi yang menuntut keprofesionalan. karena itu, jabatan guru merupakan sebuah jabatan yang profesional yang pemegangnya harus memenuhi kwalifikasi tertentu. sebagai seorang profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan secara terus menerus. Hal ini perlu dilakukan agar dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat. Ketika berbicara bahwa guru adalah sebuah profesi, maka kriteria jabatan profesional akan melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan yang cukup lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, mementingkan layanan, dan mempunyai kode etik yang ditaati anggotanya. Karena guru adalah sebuah jabatan profesional, maka guru mempunyai kode etik tersendiri. dan salah jika kita mengatakan bahwa guru tidak mempunyai kode etik. karena kode etik merupakan suatu hal yang urgent dan penting yang merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Selain mempunyai kode etik, seorag guru juga di tuntut mempunyai kepribadian yang baik. Karena filosofis jawa mengatakan bahwa guru adalah orang yang di gugu dan di tiru. Arti digugu dan ditiru sendiri adalah masyarakat akan mengiyakan perkataan dan meniru apa yang dilakukan guru. Hal ini berarti, jika seorang guru tidak mempunyai kepribadian yang baik maka masyarakat tidak akan mengiyakan perkataan dan meniru perbuatan. malah yang lebih parah lagi, guru itu akan dicap sebagai guru yang tidak pantas ditiru perbuatanya. Jadi sangatlah penting antara kode etik guru dan kepribadian guru. Kode etik merupakan suatu hal yang dapat menjunjung tinggi martabat profesi guru, menjaga dan memelihara kesejahteraan antar guru dan juga untuk meningkatkan pengabdian guru kepada masyarakat. Sedangkan kepribadian guru juga mutlak diperlukan karena guru dalam bersikap baik disekolah maupun diluar sekolah, akan selalu di monitor dan dipantau oleh masyarakat.
Pada tanggal 25 Nopember kita kembali memperingati Hari Guru sekaligus Hari PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Tentulah sangat elok, bila momentum Hari Guru ini dijadikan sebagai tonggak untuk kembali menelaah potret guru-guru kita. Barangkali sebagian dari kita akan bertanya, apa gunanya? Guru adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Walaupun banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan pendidikan sebuah bangsa, namun tak dapat ditolak kenyataan bahwa guru-lah faktor terpenting. Guru adalah aktor utama yang langsung bersentuhan dengan subyek pendidikan: siswa. Merekalah para pelecut kecerdasan siswa. Tak akan banyak siswa cerdas yang dihasilkan institusi pendidikan, bila guru-guru yang setiap hari membimbing proses belajar mereka tidak memiliki kualitas yang memadai.
Pendidikan adalah investasi terpenting suatu bangsa. Oleh karena itu, bagaimanapun nasib guru di beberapa tahun ke depan, harusnya keikhlasan dalam mengemban tugas tetap dikedepankan oleh para guru. Ini tentu saja bukan sesuatu yang gampang. Akan tetapi, mengingat betapa pentingnya peran guru dalam bidang pendidikan sebagai pengawal di garda terdepan kemajuan bangsa dan negara, maka adalah wajar jika para guru tetap menanamkan semangat pantang menyerah kepada berbagai rintangan yang mereka hadapi dalam menjalankan tugas. Mari kita mulai berbicara sebagai guru dengan melibatkan siswa. Sikap seorang guru akan menjadi contoh bagi siswanya. Ada sikap yang baik namun tidak sedikit sikap / sifat yang jelek yang tak pantas untuk dicontoh oleh siswanya. Sekecil apapun kesalahan atau kejelekan yang diperbuat oleh guru maka hal ini bisa menjadi besar efek negatifnya apalagi hal ini berhadapan langsung dengan siswa yang diasuhnya, dan tentu akan menyebar ke masyarakat umum yang mengakibatkan citera seorang guru menjadi rusak di mata masyarakat. Sebaliknya kebaikan seorang guru bisa ditanggapi oleh siswa atau masyarakat umumnya secara negatif. Seperti masalah disiplin yang diterapkan oleh guru / pihak sekolah, ada masyarakat / orangtua siswa yang tidak sependapat dengan disiplin tersebut ( mungkin karena anaknya melanggar disiplin tersebut dan ingin membelanya ) padahal setiap tahun pelajaran baru yaitu pada saat pendaftran siswa baru, orangtua siswa telah menandatangani pernyataan tentang tata tertib / disiplin termasuk sanksi yang tercantum di dalamnya. Selanjutnya bagaimana dengan disiplin untuk guru itu sendiri, apakah sudah menjalankannya dengan baik ? Kita mulai dengan melihat dari hal yang sangat kecil namun efek negatifnya sangat fatal seperti disiplin waktu, baik itu hendak masuk ruang kelas sesuai jadwal mengajar maupun keluar dari ruang kelas karena jadwal mengajar sudah usai. Kadang ada guru masuk ke ruang kelas terlambat sepuluh menit namun pada saat keluar dari ruang kelas lebih awal sepuluh menit dari waktu yang ditentukan. Dengan demikain berarti pembelajaran yang diterima siswa mengalami kerugian duapuluh menit. Kita masih berterima kasih apabila kerugian itu hanya berupa pelajaran, namun bagaimana jika yang terjadi adalah perkelahian antar siswa di kelas pada saat guru belum masuk / terlambat masuk) atau pada saat guru sudah keluar lebih awal ? atau mungkin perbuatan lain yang melanggar tata tertib sekolah ? Maka ini merupakan kesalahan kita sebagai guru. Sebaliknya tidak sedikit siswa yang senang jika gurunya terlambat masuk atau lebih awal keluar dari kelas bahkan ada yang mengharapkan jika guru tidak masuk kelas ( tidak hadir ). Yang seperti ini berarti siswa yang dimaksud tidak ingin pintar. “ Ingin pintar ? makanya belajar “hehe…... Dilain pihak ada guru menerapkan disiplin terhadap waktu ( tepat waktu masuk maupun waktu keluar dari ruang kelas ), ada siswa yang bisa menerima sikap guru yang demikian dengan senang hati, namun tidak sedikit juga siswa yang kurang senang. Menilai diri sendiri sungguh sulit bagi seorang guru. Seorang guru banyak berhadapan dengan siswa, yang sehari-harinya mereka dapat melihat sikap / sifat kita. Jadi sungguh tepat jika guru memberikan kesempatan kepada siswannya untuk menilai dirinya, menilai dari segala segi baik penilaian masalah disiplin waktu, cara mengajar, atau siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan harapannya, guru harus siap dikritik oleh siswa, jangan merasa karena dia seorang guru maka maunya mau menang sendiri. Cara penilaian dapat dilakukan terhadap guru yang bersangkutan dengan menyuruh siswa menuliskannya di kertas tanpa mencantumkan nama sipenulis sehingga mereka lebih percaya diri, lebih transfaran dan akan mengatakan / menuliskan apa adanya tanpa ada rasa takut untuk mengutarakannya melalui tulisan. Selain cara ini dapat juga dilakukan melalui kegiatan lomba yaitu memilih guru yang terdisiplin, terbaik, tercerewet, atau guru yang paling dibenci oleh siswa, atau ter-ter…. yang lainnya. Tinggal memilih mana yang lebih tepat untuk dilaksanakan. Untuk pelaksana lomba dapat dilakukan melalui kegiatan organisasi yang ada di sekolah-sekolah yaitu Organisasi Siswa Intera Sekolah. Ini dapat dinyatakan sebagai salah satu kegiatan di sekolah untuk menyambut Hari Guru. Dan masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat dilakukan untuk menyambut Hari Guru. Nah……..sekarang, apakah semua guru yang akan dinilai tersebut sanggup menerima dengan senang hati jika kegiatan ini dilaksanakan di instansi / sekolah tempat dia bekerja ? Dengan memandang diri kita sendiri, saya pikir masing-masing kita sebagai guru dapat menjawabnya. Ayo Pak, Bu Guru….. Semangat!!! Selamat Hari Guru ( 25 Nopember 2009 ).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih jika anda memberikan saran atau kritik yang sifatnya membangun dalam blog saya ini.Jika ada komentar mohon disampaikan / diketik pada kotak di bawah ini.