Senin, 26 Oktober 2009

IBARAT ULAR KEKENYANGAN


Jika Anda pernah ke taman ribang kemambang maka Anda akan melihat beberapa ekor ular yang dipelihara di sana atau mungkin juga Anda pernah melihatnya di jalan sedang melintas di hadapan Anda. Tapi pernahkah anda melihat ular besar yang baru saja selesai menelan mangsa / makanannya ? Ular tersebut akan diam atau tidak banyak bereaksi terhadap gangguan di sekitarnya artinya dia tidak perlu lagi bekerja keras untuk mencari makanannya. Bagaimana jika hal ini dihubungkan dengan kehidupan orang terutama yang berstatus karyawan dari sebuah perusahaan atau pegawai dari suatu instansi pemerintah ? Ini berarti “ seseorang memperoleh pendapatan yang lumayan besar / lebih dari cukup namun kinerjanya kurang (= tidak seimbang antara pendapatan dengan kinerja atau volume kerja yang seharusnyya ia kerjakan )”
Ular kekenyangan akan tidur maka manusia akan senang karena tidak diganggu oleh ular tersebut, manusia kekenyangan jika tidak tidur minimal akan mengantuk maka orang lain di sekitarnya bisa tenang atau bisa juga terganggu karena ngorok, hehe … Tapi jika itu kenyang karena uang maka dia akan senang dan akan bertambah semangat untuk mendapatkannya, tentu melalui pekerjaan yang digelutinya. Itulah yang seharusnya dilakukan oleh manusia normal. Tapi bila uang itu diperoleh dari hal / pekerjaan yang tidak sesuai dengan volume pekerjaan yang seharusnya atau hasil dari pekerjaan yang tidak halal, maka kita yakin bahwa jiwanya tidak akan tenang. Kalaupun ada ketenangan pada dirinya, itu hanyalah ketenangan sesaat.
Seorang pimpinan / atasan membebankan tugas tertentu kepada bawahannya, dan tentu akan memberikan tunjangan sesuai dengan beban tugas yang diembannya. Ada yang melaksanakan bahwa “ kenyataan sesuai dengan harapan “, akan tetapi tidak sedikit orang yang melakukannya bahwa “ kenyataan tidak sesuai dengan harapan ( melaksanakan tugas tersebut tidak sesuai dengan yang semestinya )”, maka dapat kita katakan orang inilah yang disebut dengan“ ibarat ular kekenyangan “ ( = keberatan kantong baju / celana oleh rupiah hingga tidak mampu untuk berdiri dari tempat duduknya, atau tidak sanggup untuk pindah tempat hehehe….). Mungkin tempat duduknya terlalu basah namun empuk sehingga dia bukan tidak mampu tapi tidak mau bergerak / pindah dari tempat duduknya alias mantap di tempat. Jika seorang pimpinan / atasan pernah mengatakan ungkapan “ ibarat ular kekenyangan “ kepada bawahannya, sementatra tunjangan tetap diberikan secara utuh, maka dapat diprediksi bahwa bawahan tersebut bekerja tidak sesuai dengan harapannya. Sebaliknya ada ular kelaparan dan dengan sigap ingin mencari makanan atau mangsanya tetapi susah untuk mendapatkannya karena wilayah kekuasaan siular tersebut sempit atau tidak ada sama sekali maka akan tetap kelaparan dan akhirnya dia akan mencari mangsanya jauh keluar dari wilayah tempat tinggalnya alias bergerilya atau bahkan bisa mati kelaparan. Bagaimana jika hal ini kita hubungkan dengan manusia / seseorang ? Sungguh disayangkan jika ada pekerjaan yang sanggup dikerjakan seseorang tetapi pekerjaan itu diberikan kepada orang lain yang belum tentu mampu untuk melaksanakannya dengan baik. Yang menjadi pertanyaan kenapa berbuat seperti itu ? Ada apa dibalik semua itu ? Jika anda seorang pemimpin, janganlah memandang / melihat wajah atau karena si A, tetapi lihatlah kinerjanya, lihatlah kemampuannya, tetapi jika anda seorang bawahan janganlah menjadi seseorang seperti penjilat alias punya maksud tertentu alias mengaharapkan imbalan jasa agar diperhatikan pimpinan tetapi kerjakanlah dengan sesungguhnya tanpa memandang siapa yang memberi perintah kepada anda. Jadilah dirimu sendiri. Di dalam hidup ini ada pilihan menjadi dirimu sendiri atau menjadi apa yang orang katakan atau yang akan dikatakan orang lain. Milikilah keyakinan bahwa Anda mempunyai kelebihan apa yang ada di dalam dirimu, dan kekurangan apa yang harus diperbaiki di dalam kehidupanmu. Ingat bahwa menjadi diri kita adalah mulia dibandingkan kita memakai topeng seorang yang baik tanpa melakukan apapun untuk kebaikan bersama. Sebagai kalimat penutup sebuah kalimat kiasan demikian : “ Makanlah secukupnya jangan sampai berlebihan yang dapat mengakibatkan sakit perut, sisanya bagikan dengan yang lain, sementara yang lain tersebut masih banyak yang kelaparan, yang dapat juga mengakibatkan sakit perut. Jika mungkin diharapkan jangan sampai sama-sama sakit perut tetapi sama-sama sehat”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih jika anda memberikan saran atau kritik yang sifatnya membangun dalam blog saya ini.Jika ada komentar mohon disampaikan / diketik pada kotak di bawah ini.